Tempat Berbagi Cerita, Humor, Ilmu Pengetahuan Dan File

GAMBAR, PROFILE, MENU DROP DOWN

Selasa, 26 Juni 2012

JENUH (Part II)



Hari itu terlihat begitu sangat menyenangkan, dan sangat sempurna untuk menata kehidupan, hari baru, langkah baru pula. Tapi tentu saja tak ada yang tahu alur dan scenario kehidupan ini, karna dihari yang cerah ini muncul lagi kata day brightness for silent soul.

Aroma sarkatisme terasa lagi menggelayuti hari yang seharusnya terbalut kebijaksanaan, entah apa yang ada dalam pola fikirnya, semuanya seakan tertutup dan dibutakan oleh pola fikir yang tak rasioanal dan jauh dari kebijaksanaan.

Pola fikirnya telah diracuni oleh mata yang terkadang menyembunyikan apa yang sebenarnya terjadi, lagi, lagi dan lagi telunjuknya mengarah ke hidungku, menunjukku seolah aku menjadi orang yang salah. Alangkah tak bijaksananya menghakimi diri ini, sementara diri ini merasa tak pernah keluar dari jalur atau koridor yang salah. Kebijaksaan itu seakan tak melekat lagi dengan jiwanya.

Ku hanya bisa duduk terdiam menapaki alur kontra flow seperti ini, entah apa lagi yang mesti diperbuat karna semua tak pernah ada afresiasi, yang ada hanyalah diterjemahkan dalam konteks negative pola fikirnya.

Masih teringat dan terngiang ucap kata yang keluar dari lidah tak bertulang itu

“Apa sih yang kamu mau?”  dia bertanya padaku dengan nada yang keras dan temperamental.

“Maksudnya?” ku balik bertanya dengan rasa penasaran

Katanya tak pernah komunikasi sama mantan-mantan pacar kamu, tapi nyatanya di FB, kamu berteman dengan mantanmu itu !!!”. jawab dia dengan sinisnya dan mengatakan salahku itu.

Tanpa berselang lama aku menjelaskan ini dan itu, tapi tetap saja hatinya telah dibutakan oleh kesalah pahaman yang sempurna.

“Iya memang di FB ada mantan kekasihku, tapi itu tak berarti bahwa aku suka komunikasi sama dia (mantanku itu), apalagi in-out sms, tak pernah kulakukan sama sekali, gini-gini juga aku masih bisa menghargai perasaan orang lain. Jangan kamu berfikir sebatas penglihatanmu saja, wajarkan aku punya teman !!”. Ucapku menjelaskan padanya dan sedikit rasa kesal.

Tapi rupanya penjelasan dari A sampe Z yang ku ucapkan, ternyata tak menyentuh sisi natural kemanusian, tetap saja mulutnya berkomat-kamit ini dan itu dan menghakimiku. Kebijaksanaannya tak terlihat sama sekali, yang ada hanyalahy api amarah yang seolah ingin membakarku hidup-hidup.

Sering sekali dia seperti ini, marah-marah tak jelas. Bahkan masalah “Like” di facebook pernah jadi masalah, akupun merasa jenuh tingkat tinggi dengan kondisi seperti ini, bertengkar lagi, terus bertengkar, lagi dan lagi bertengkar.

Sering ku mengalah, sering sekali, walaupun akhirnya ku tak dapat menyembunyikan rasa kecewaku hingga pada akhirnya terbawa arus emosional itu. Hubungan ini serasa tak sempurna lagi seperti dulu, kini yang ada hanyalah tumpahan tinta hitam di atas kertas putih.

Gak tau sampai kapan ku harus menahan rasa kecewa, walaupun masih ada sisa cinta biarkanlah berakhir sampai disini, karna semuanya terasa sia-sia bila jalan fikiran kita tak pernah seiring sejalan.

Ku ingin mengatakan, bahwa kebahagiaan itu bukanlah kesenangan belaka, kebahagiaan itu adalah ketenangan dan rasa nyaman, jika hanya sebuah kesenangan,itu hanya sementara saja, beda halnya dengan rasa tenang dan nyaman akan selayaknya menjadi agungnya sebuah cinta.

Akhirnya sampai pada rasa kecewa dan titik jenuh, ku ingin sendiri, ingin sendiri, biarkanlah ku menapaki alur ini sendiri, karna ku tak ingin membiarkan hati yang sehat ini menjadi sakit karna ulahmu,. Biarkanlah ku sendiri menikmati ketenangan hidupku tanpa ada bayang-bayang posesive-mu yang tak boleh ini dan itu.