Tempat Berbagi Cerita, Humor, Ilmu Pengetahuan Dan File

GAMBAR, PROFILE, MENU DROP DOWN

Kamis, 05 Juli 2012

KEKAYAAN SPIRITUAL


Menghadap kiblat menuju peraduan ilahiyah, mengheningkan diri ditengah malam  gelap di rumah Allah Swt adalah kenikmatan yang tiada terkira. Sunyi senyap sepi dalam suasana kontemplasi diri, mencoba memisahkan diri sejenak dari keduniawian.


Malam nisfu sya’ban yang mengagungkan, dimana para malaikat, bahkan lima ratus ribu malaikat diturunkan khusus bagi orangg yang melaksanakan sujud beribadah 100 rakaat berturut-turut, tiadalah arti tiga jam yang dihabiskan untuk menghadap ilahi, bila dibandingkan dengan waktu luang keduniawian yang sering dihabiskan dengan hura-hura mencari kebahagiaan jasadiyah. 

Penutup amaliyah disajikan dengan perjamuan ibadah pada sang khaliq, sakaligus pula membuka lembaran baru amaliyah menuju hari-hari yang akan dihabiskan hingga ajal menjemput diri.

Tiadalah tangis yang berharga, selain tangis meratapi dosa dan kesalahan yang terkadang mengesampingkan Allah Swt. Doa-doa yang tercurah pada Ilahi terasa menjadi pemanis segala keresahan dan kekakuan yang ada.

Semua dicurahkan pada Allah Swt yang maha baik, bagaimana tidak baiknya Allah yang telah membarikan apa yang kita butuhkan, nafas yang terhirup, darah yang mengalir takkan pernah berfungsi tanpa adanya Allah Swt yang menggerakannya, Selayaknya disyukuri.

Disaat orang-orang tertidur lelap dengan segala mimpinya, sengaja ku masih terjaga untuk menggelar sajadah panjang. Ibadah bukanlah semata-mata sebagai kewajiban saja, lebih dari itu adalah sebagai rasa syukur dan kecintaan terhadap sang Khaliq. “Bukankan Allah Swt itu maha dekat ?”, dekat dengan orang yang sengaja mengahabiskan malam bersama-Nya. “Bukankan Allah itu menjanjikan kekayaan spiritual bagi orang yang bersyukur?”.

Segala puji bagi Allah yang telah menciptakan alam raya dengan segala isinya, sebagai pertanda kekuasaan-Nya dan sebagai penguat keimanan bagi orang-orang yang berfikir. Otak ini tak akan berfungsi tanpa ada factor pendorong dibelakangnya, factor pendorong itu tiada lain adalah akal yang dipersembahkan Allah Swt pada manusia supaya bisa berfikir. 

Jika kita menelisik mengenai otak dan akal, otak bersifat biologis sementara akal bersifat spiritual, makanya tidaklah salah didalam Alquran yang mulia bahwa agama diperuntukan bagi orang-orang yang berfikir.

Kekayaan spiritual didapatkan dari kontemplasi diri, agama menyebutnya sebagai tadabur kemudian tasyakur. Tadabur; menelisik segala ciptaan-Nya melalui otak kemudian dilanjutkan dengan tasyakur yang konotasinya adalah ibadah.

Kemantapan hati dalam suasana hening menghadap kiblat bersujud melahirkan kekayaan spiritual yang agung, mereguk kenikmatan ruhiyah, kenikmatan diatas segala kenikmatan.