wajah orang-orang yang terlihat diluar sana menampakan mimik yg berbeda-beda, itu merupakan bagian dari ekspresi apa yg sedang mereka alami sebagai bagian dari suasana hati. syeikh Jalaluddin Ar-rumi mengatakan bahwa "wajah adalah jendela hati yang memungkinkan terkuaknya misteri keghaiban hati".
diantara orang-orang itu ada bberapa diantaranya yg terlihat sedih,kesal dengan muka kusut dan tak bersahabat, ada juga yg senang dengan tertawa riang, bahkan ditambah juga dengan gerak tubuh yg terlihat centil, lebih centil dari lentik bulu mata Syahrini.
fenomena semacam ini merupakan ekspolarasi diri dalam mengungkapkan bahasa hati, ini adalah bentuk tak langsung dari bhasa lisan.
ekspresi diri yang tertahan bahkan terlihat cenderung dingin itupun termasuk kategori atau bagian dari bahasa hati yg cenderung bersikaf tenang dan berhati-hati dlam mengeluarkan pernyataan secara lisan.
ada salah satu tokoh politik nasional yg malang melintang dalam ranah politik yg bersikaf seperti ini. bagiku itu merupakan pembelajaran etika politik.
tak perlu berkobar-kobar ketika dibenturkan dengan lwan politik, tpi diarus bawah dan akar rumput trus bergerak menggalang massa untuk melawan politisasi yg menurutnya (anas, pen) bhwa dirinya telah dikriminalisasi elit.
Terlepas dari kasus yg sedang menjeratnya, Anas Urbaningrum tetap menjadi tokoh muda yg prgerakannya tak trlihat heroik tp perannya cukup signifikan efektif melawan musuh politiknya.
Sepak terjang tokoh muda ini, tentu membrikan pelajaran politik untuk "berfikir cerdas dan berfikir tenang", kapan saatnya brgerak dan brbicara. Strategi yg dimainkan tersebut tentu saja tak dpt dibca oleh lawan. Bhkan para pengamatpun hnya bisa menerka-nerka prgerakan yg akan dilakukan Anas. Sikafnya yg dingin dengn ekspresi wajah yg hampir konstan dlm kondisi apapun membuat para pengamat mengomentari gestur tubuh Anas.
Partai demokrat yg telah melambungkan namanya itu hnya tinggal kenangan saja, bhkan Anas sendiri seolah adu kekuatan dgn elit, walaupun dia sendiri (Anas, pen) dalam berbagai kesempatan acara diskusi sering mengatakan bhwa demokrat terlebih presiden SBY adalh guru politiknya. Permainan tetorika dgn bhasa yg sangt halus itu bhkan dgn ekspresi tenang membuat semua org heran pdahal hujatan dan tekanan dari elit demokrat sangat keras menggelegar"cetar" membahana.
Bhkan Prof. Cipta Lesmana mengibaratkan layaknya "mayat hidup".
Ya itulah politik. Tiada kwan yg abadi, tiada lawan yg abadi. Ini pelajaran berharga untuk semua anak muda untuk "brfikir crdas dan brfikir tenang".
vivala revolution!!!