Ucapan merupakan bahasa kalbu yang terwujud dalam sebuah
lisan, tapi alangkah sempurnanya lisan itu, tapi kesempurnaannya bukan terletak
pada lisan yang bijaksana, melainkan terletak pada bualannya (bualan yang
sempurna).
Ucapannya itu telah memberi mimpi yang begitu indah dan
menyenangkan, tapi alangkah kagetnya ternyata lisan itu hanya mimpi yang tak
bersubstansi penuh ilusi bahkan menjadi rekayasa yang tiada akhir.
Akhirnya ku merasakan sesuatu yang tak beres dalam
perjalanan ini, perjalanan yang tiada menemukan kata akhir yang berujung
kesenangan ruhiyah atau setidaknya mampu memberikan kelegaan nafasku.
“Akankah ini menjadi kenyataan?” Tanyaku dalam hati
Di kamar, ku menyudutkan diri untuk merestorasi semua
pola fikir yang terdistorsi, harapku semoga terealiasasi hinggaku dapat
menggapai semua asa dan citaku. Disetiap sujudku dan menikmati aroma romansa
ruhiyah tak pernah sedikitpun ku terlepas dari semua doa berharap mendapat
pencerahan.
Semoga indah pada akhirnya,, ya indah pada akhirnya,,
itulah harapku: harap tentang sebuah cita.