Dan
rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan
ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka
berdua telah mendidik aku waktu kecil." ( QS.
Al-Israa’ : 24)
Dan seorang
yang berbakti kepada kedua orang tuanya, dan bukanlah ia orang yang sombong
lagi durhaka. (QS. Maryam : 14).
Dan
Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu- bapanya;
ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan
menyapihnya dalam dua tahun].
Bersyukurlah kepadaKu dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah
kembalimu. (QS. Luqman : 14).
Tiadalah aku tanpa kedua orangtuaku,
hakikatnya merupakan takdir Allah Swt yang membuatku ada, ku bersyukur
dilahirkan ditengah-tengah orang muslim yang taat beragama dengan lingkungan
yang sangat relegius, dilahirkan dalam suasana penuh kedamaian tanpa ada
konflik sedikitpun.
Tak sebanding lurus ataupun berbeda
jauh dengan saudara-saudaraku se-aqidah seperti di Palestina dan orang-orang
yang berada di Sabra dan Satila yang
mengalami konfik dan perang berkepanjangan serta segala tragedy kejahatan
kemanusiaan, pembantaian dimana-mana, tanpa makanan dan tanpa ASI bagi bayi
yang baru lahir, bahkan dibuku yang pernah ku baca karangan DR. Ang Swee Chai “ From Beirut To Jarusalem”, untuk
mengkonsumsi makanan saja, mereka hanya memakan sebuah rumput yang sesekali
tumbuh ditanah yang gersang. Bahkan
lebih dari itu mereka diperbolehkan untuk memakan tubuh saudaranya sendiri yang
tak bernyawa untuk dimakan, Masya Alloh!!.
Tapi tentu saja mereka tidak memakan mayat itu, mereka lebih baik mati
kelaparan dari pada memakan mayat saudaranya yang seaqidah dan seperjuangan
itu.
Bersyukur pada Allah Swt, ku berada di
tempat ini yang jauh dari tragedy kejahatan kemanusiaan. Layaknya seperti
anak-anak yang lain, ku dibesarkan, disekolahkan sampai pendidikan tinggi
hingga akhirnya mendapatkan gelar atau title dan sebagainya, hingga akhirnya ku
bisa menulis diblog ini “tentang sebuah cita-cita”.
Adalah hal yang sangat berharga
memiliki kedua orangtua yang senantiasa menyayangi sepenuh hati tanpa ada lelah
sedikitpun yang tersirat diwajah dan benak mereka (orangtuaku). Disela-sela mereka
terjaga bangun dari tidur menggelar sajadah menghadap kiblat hendak beribadah “bertahajud
” pada Allah Swt, ku dengar lantunan doa-doa yang keluar dari bibir yang
bergetar penuh keikhlasan dan jauh dari rekayasa, hanya ketulusan hati yang
terdengar dari ucapnya.
Tentu saja mereka tak pernah miskin akan doanya untukku, banyak
doa dan harapan yang terlihat dari raut wajah mereka terhadapku, tatapan
matanya telah menyiratkan arti sebuah harapan untuk kebaikan, gerak langkahnya
memberikan sebuah arti dan pemahaman sekaligus pencerahan bahwa “hidup itu tak mudah, tak semudah membalikan
telapak tangan, hidup harus diperjuangkan dengan penuh keikhlasan dan kesabaran
serta berdoa memohon pada Allah Swt”.
“Jika
engkau tidak bisa memberi yang terbaik, jangan pula menambah atau memberi luka
dan kesedihannya”, itulah ucapku dalam hati. Tiadalah yang
tersirat dari benakku untuk memberikan kedukaan atau luka yang mendalam
terhadap mereka (orangtuaku). Senantiasa fikiranku selalu jernih, suci tanpa
noda untuk selalu memberi yang terbaik dan terindah.
Sesekali ku membuka album poto semasa
kecil yang telah usang dan berdebu, ku pandangi dengan mata dan fikiran yang
tajam. Sejenak fikiranku melayang pada masa kecil yang menyenangkan itu,
teringat ketika itu ku menggengam dan mencium tangan mereka, ku rasakan tangan
tanpa noda, penuh keikhlasan dan kasih sayang suci dan murni.
Dalam kesendirian berkontemplasi
dikamarku, mentafakuri semua cerita
orang tentang riwayatku, kata mereka ku dilahirkan pada hari jumat menjelang
subuh. Terdengar suara tangis, tangis yang disaksikan langsung oleh mereka yang ada pada saat itu, Ya itulah
aku dan tangisku saat ku terlahir didunia ini.
Menurut riwayat orang, mereka selalu melantun
kata-kata indah dari bibirnya, tak pernah ada rasa letih dan derita ketika ku
menangis nakal, mereka senantiasa memelukku dengan tangan halus dan suci serta
penuh kasih, jiwa raga dan seluruh hidupnya telah diberikan terhadapku.
Tak terasa terurai sudah air mataku,
teringat cerita orang yang meriwayatkan tentangku. Sungguh ku tak dapat
membalas semua yang telah diberikannya terhadapku, tak ternilai dengan uang ataupun
permata dan sebagainya, bahkan sebongkah
berlian sekalipun tak dapat membalas
segala pengorbanan dan curahan penuh kasih itu.
Tak dapat kupungkiri semua pengorbanan
yang telah diberikan itu, semuanya akan selalu ada disini, tetap disini, ada di
hatiku ini, terukir indah dengan tinta emas berkilauan dihatiku ini. Takkan
pernah ku melupakan semuanya, semua curahan kasih sayangnya.
Inilah aku, darah dagingmu, ku kan
berihktiar sekuat tenaga untuk berikan yang terbaik dan terindah padamu
(orangtuaku), bahkan jikalau aku telah kehabisan tenaga untuk memberimu yang
terbaik dan terindah, ku kan tetap untuk selalu berusaha hingga darah dan
keringatku habis terkuras untuk bahagiakanmu. Ku takkan lelah layak dirimu
(orangtuaku) yang tak pernah lelah bahagiakanku.
ini bukanlah hanya tulisan belaka yang
memuat rangkaian kata, tapi ini merupakan sebuah cita-cita yang harus menjadi
refleksi nyata dan harus bisa diwujudkan dalam langkah nyata duniawi. Ini
adalah kata-kata yang bernyawa dan penuh substansi.
Tentu saja setiap orang memiliki
cita-cita dan harapan yang ingin diwujudkan untuk orang tuanya. Adalah aku,
darah dagingmu, memohon pada Ilahi untuk senantisa berdoa dan berusaha mewujudkan
semua harapan dan citamu. Harapanmu adalah harapanku, cita-citamu adalah
cita-citaku. Lantunan doamu menguatkanku untuk menjalani semuanya.
Aku tahu ini tak mudah, tak semudah
membalikan telapak tangan untuk mewujudkannya, ku belajar banyak dari mereka,
dari semua sikaf dan gerak langkah mereka yang mencerminkan dan memberi
pemahaman bahwa semuanya butuh perjuangan dan doa.
Ku yakin semuanya akan terwujud,
optimisme yang mereka ajarkan telah merasuk dibathin dan otakku. Kan ku pegang
erat semua yang mereka ajarkan itu, baik yang mereka ajarkan secara lisan
maupun yang mereka ajarkan dalam gerak langkah hidupnya. Semua nasehat mereka
kan ku ingat selalu.