Saat
kita jumpa ada rasa dididalam dada
Kau
tersenyum manja membuatku terpana
Akupun
tak bisa tuk menahan gejolak diri
Inginku
kakatakn aku menyukaimu
Terpesona
ku pada pandangan pertama dan tak kuasa menahan rinduku
Senyumanmu
slalu menghiasi mimpiku
Inginku
peluk dan ku kecup keningmu
Kini
ku rasakan getaran cinta dalam dada
ku
ingin bersama untuk selamanya
(Terpesona,
lagu Glenn Fredly)
Sebait lirik lagu ini terasa “click” untuk mendeskripsikan dari memorial terindah
yang pernah terjadi. Ku coba menelisik dan mengingat kembali moment pertemuan
saat itu.
Pertemuan layaknya mata rantai
yang terikat dari sosok-sosok yang berpandangan, pandangan mata menampakan
sinarnya hingga sosok yang dituju terlihat dan disimpan dalam peti hati memori
jiwa. Keindahan dari pertemuan menjadi inspirasi agung yang mampu memaknai
pertemuan secara tekstual tercurah dalam bentuk tulisan.
Setiap detik yang dicurahkan
dari pertemuan menjadi kenangan yang tak dapat dilupakan, setiap detik itulah
hati dimurnikan oleh pertemuan, setiap detik itulah tibanya lembaran baru penuh
optimistis.
Itulah yang dirasakan dari
setiap detik dari pertemuan, pertemuan menjadi realita suratan illahiyah atas
jiwa manusia sehingga pertemuan pun ditakdirkan, mata tak bisa dikekang untuk
melihat, hati tak bisa dihalangi untuk memcurahkan perasaan, ucapan menjadi
refleksi nyata atas pandangan mata dan perasaan hati yang dibentuk secara
lisan.
Itulah kerangka pertemuan
indah itu, pertemuan jasadiyah dengan sorot mata saling menyapa.