Malam
ini waktu menunjukan pukul 22.39 WIB, padahal dari tadi aku berusaha memejamkan
mata untuk beristirahat menyambut esok hari tapi tetap saja mataku tak hendak
untuk tertidur lelap, malah mataku seolah mengiringi khayalanku yang tak
berkesudahan. Bahkan beberapa jam telah berlalu, tetap saja mata ini seolah
enggan untuk beristirahat.
Entahlah..
mungkin benakku telah dipenuhi oleh khayalan tentang masa depan yang tak tahu
akan seperti apa jadinya, karena sejatinya tiadalah orang yang tahu tentang
perjalanan hidupnya yang telah di-skenariokan
Allah Swt.
Masih
teringat ketika masa-masa dikampus dulu, ku teringat pernah mengikuti acara seminar
yang diadakan oleh kampus tapi aku lupa
tema-nya, yang jelas waktu itu pembicaranya adalah seorang syeikh kenamaan dari
Iran, tepatnya Syeikh Ayatollah Amaini. Berdasarkan biografinya bahwa syeikh
tersebut adalah saudara dari Syeikh Ayatollah Khumaini atau yang kita kenal
adalah Imam Khomaini yang menegakan pilar-pilar islam di tanah Iran dengan
gerakannya yang dikenal dengan Reformasi
Islam Iran.
“Apa
yang kita lakukan hari ini maka akan berlaku dimasa depan”, itulah ucap Syeikh Ayatollah Amaini yang masih
ku ingat hingga kini. Bahkan lebih jauh lagi aku menemukan ungkapan yang tak
kalah menariknya dari ungkapan tadi. __adalah Sydney Banks dalam bukunya yang
berjudul The Missing Link Reflections On
Philosophy and Spirit, mengungkapkan; apa
yang kita tanam itulah yang akan kita petik.
Sejenak
ku berdiam diri tanpa suara, sambil bernafas dan memacu gerak fikirku mencoba
menterjemahkan secara kontekstual dua ungkapan dari kedua tokoh tersebut, menterjemahkan dengan
seksama untuk menghadirkan pencerahan dalam kehidupan, ya kehidupan sekarang
dan yang akan datang.
Sekian
jam waktu berlalu, akhirnya ku menemukan pencerahan. __untuk saat sekarang, ku
membutuhkan kearifan dalam berfikir, ternyata untuk menemukan kearifan itu tiadalain
dengan cara meningkatkan kesadaran diri. Kesadaran diri akan didapat dalam rasa
syukur pada Allah Swt atas segala yang telah terdapat dalam kehidupan. Rasa
syukur memiliki efek yang sangat luar biasa pada jiwa atau bathin kita, mampu
membuka fikiran kita, melapangkan jalan fikiran untuk memasuki kearifan dan
kesenangan hati. Bahkan didalam Alquran, Allah Swt menjanjikan; bagi siapa saja yang bersyukur akan
menambahkan kesenangannya.
Sedangkan
untuk masa yang akan datang atau masa depan, ku membutuhkan segala energy yang
ada untuk memacu gerak langkah maksimal, tentu saja gerak langkah tersebut
kearah yang positive. Menanam benih kebaikan berikhtiar dibarengi dengan doa memohon pada Allah Swt.
Tentu
saja memetik itu lebih mudah dari pada menanam, karena memetik sejatinya hanya
menikmati. Beda halnya dengan menanam, karena menanam itu membutuhkan proses
yang tidak singkat dan tidak mudah. Belum lagi banyak hambatan yang akan
diterima yang siap menghadang yang selayaknya mesti dijalani dan berusaha mengalahkan semua yang menghadang
didepan.
Interpretasi
yang kutemukan memberikan arti bahwa hari ini merupakan cerminan masa depan
atau masa yang akan datang, menggambarkan dengan seksama hal yang dipetik
nanti. Entahlah.. apa yang akan ku petik nati, yang jelas ku akan berusaha menanam agar aku bisa memetik dengan
mudah dilahan sendiri. Karena siapa lagi yang akan merubah diri ini selain diri
kita sendiri. Allah Swt tidak akan
merubah suatu kaum, sebelum kaum tersebut merubahnya dirinya sendri.
Wallahu’alam bishawab…