Tempat Berbagi Cerita, Humor, Ilmu Pengetahuan Dan File

GAMBAR, PROFILE, MENU DROP DOWN

Selasa, 31 Juli 2012

L D R (Long Distance Relationshift) Part III





Disudut kamar kumerebahkan kekakuan dan kebisuan yang ada supaya memberiku ruang ketenangan dan kenyamanan, mencoba meninggikan ruang kebathinanku yang sedikit bermuram dari biasanya. Kondisi ini sering ku alami akhir-akhir ini tapi ku tetap berusaha meninggikan ruang hatiku supaya tidak ditenggelamkan dalam kondisi yang tak baik ini.

Entahlah, apa yang terjadi dengan hatiku, ku menelisik semua kejadian yang telah ku lewati siang tadi, semua terasa menyenangkan tapi kesenangan itu terbuyarkan oleh kondisi yang kental dengan sikap yang tak baik, ya sangat tak baik. Bahkan akupun malas untuk mengingatnya lagi. Tapi apalah dayaku, semuanya terekam jelas difikiranku. Sebenarnya ku ingin membersihkan dan membebaskan fikiran ini dari kejadian tadi tapi tetap saja otak ini telah merekam semua yang terjadi tadi. 

Entahlah, mungkin karena karakterku yang cenderung diam atau “introvert” yang membuatku selalu kefikiran atas apa yang terjadi, apalagi kejadian yang berkaitan erat dengan masalah cinta dan pemenuhan perasaan.
Banyak sekali orang yang mengatas-namakan cinta tapi jauh dari konteks cinta itu sendiri, malah yang terjadi adalah temperamental yang realistis. Bahkan mengumbar kata-kata beraroma perasaan tapi disisi yang lain tak berperasaan. Entahlah, apakah kata-kata cinta itu datang dari ruang hati yang paling dalam atau tidak, karena kenyataan yang terlihat kini adalah jauh dari kata bathin yang sebenarnya.
 
Saat ini, ku hanya bisa mengungkapkan melalui tulisan ini, karena dengan menulis senantiasa memberiku kelapangan bathin walaupun itu hanya memberikan sedikit kelapangan.

Aku ingin marah, tapi marah pada siapa?!

Aku ingin menceritakan tentang kisah yang tak baik ini, tapi ku harus menceritakan pada siapa?!

Aku ingin menangis, tapi rasanya tak layak ku menangisi hal yang seperti ini..!!!

Semuanya terasa tak mudah bagiku untuk saat ini, yang kulakukan hanya diam, menulis dan mencurahkan segala apa yang kurasakan. Semua orang mampu berkata, berkata untuk menenangkan bathin orang lain yang tak mereka rasakan sendiri.

bahkan orang yang ku maksud dalam tulisan ini (mawar) seolah bertanya, kenapa air yang mengalir itu terasa pahit?, sementara dia sendiri yang telah meracuninya, artinya tiadalah akibat tanpa sebab. Dia telah berbuat sebab untukku dan dia pula yang merasakan akibatnya.

Seandainya dia sedikit saja berfikir penuh dengan kebijaksanaan, tentulah tak seperti ini jadinya. Tak selayaknya dia berbicara penuh temperamental yang tak jelas masalahnya.

Akhirnya, ku mencoba meninggikan hatiku yang rapuh, mencoba menguatkan pondasi jiwa supaya ku mampu berdiri tegak dalam kondisi ini.