Jiwa-raga seakan menjadi debu yang menyesakan nafas, saat semua
menyaksikanku tak berdaya. Lidahku terasa kelu saat mereka tertawa di atas
pedihku, mereka
kegirangan tapi berbeda jauh, bertolak-belakang dengan isi dan rasa yang ada
dijiwaku. Mereka semua berhak kegirangan, tapi bagiku itu tertolak. Karna
kegirangan dan kegembiraanku bukan disini tempatnya. Kegembiraanku berada
disana..ya disana. Disanalah aku menemukan
secercah harap dan nafas kehidupan yang membuatku merasa lebih berarti dan
sempurna.
Lamunan membawaku kesana, mencari sebagian asa-ku yang masih
tersimpan suci disana, asa-ku yang terukir disana masih tergores indah dalam
lukisan realita keabadian. Hanya aku dan tuhanku yang tahu bahwa semuanya masih
sempurna, murni dan suci. Tapi kenapa
harus aku yang berada disini ya Rabb??
Ragaku berada disini tapi jiwaku berada disana, suara lahiriyahku
berada disini tapi suara bathiniyahku berada disana mengalun indah nan merdu
semerdu dawai-dawai cinta Ar-Rumi, disini terasa kosong dan sempit tapi disana
luas dengan pancaran bias sinar yang meyakinkan. Disini bukanlah tempatku,
disini bukanlah kesenangan hatiku, disini hanyalah tempat berserakannya semua
rasa jiwaku. Kecenderungan hati yang porak-poranda akibat sarkatistik membuatku
terjebak dalam ruang sempit yang menyesakan dada.
Rabb.. Engkau tahu semua yang ada dalam
renunganku, ya Engkau tahu semuanya ya Rabb. Harus berapa lama aku terjebak
disini ya Rabb ??
Rabb.. Bimbinganlah aku untuk berada disana, menyatukan asa
kembali dalam keabadian wahai Sang Maha Bijaksana. aku ingin segera berada
disana, karena disana aku teryakinkan, disana adalah tempat terbaik dan
terindah yang aku rasakan disetiap tarikan nafas dan peredaran darahku, karena
disanalah aku menemukan kesempurnaan jiwa-raga yang utuh.
Yakinku doa dan harapan akan mengubah haluan hidup ini, agar aku
segera berada disana, menjemput asa yang tertinggal disana. Cerahnya cahaya pagi
akan menyambut kebahagiaanku saat berada disana, waktu yang ku habiskan akan
terasa bermakna ketika disana.
Disana.. ya di metropolitan itu, disanalah kutemukan hidup. Disaat
awal langkahku tertuju ke metropolitan itu, ada harap yang mengakar dijiwa, harap
yang sempurna. Disana ada arti yang monumental yang takkan pernah orang lain
rasakan. Sebuah harapan akan kebahagiaan saat melewati waktu, disanalah
tempatku dan asaku berada. Disanalah nafas kehidupanku yang berarti, di
metropolitan itu.