Tempat Berbagi Cerita, Humor, Ilmu Pengetahuan Dan File

GAMBAR, PROFILE, MENU DROP DOWN

Sabtu, 25 Mei 2013

KETIKA BAHASA TUBUH BERUCAP



Seindah tutur kata berucap, semanis madu retorika tapi tak bernyawa dari estetika. Komitmen yang dibangun hanya sebuah bayangan semu selalu mengikuti tapi tak pernah tersentuh, keraguan itu telah berubah menjadi sebuah kenyakinan.

Katup kesadaran yang sudah tertutup tak mampu memasukan kebijaksanaan dalam pola fikir, ya itulah pola fikir yang terkontaminasi oleh aroma hipokritas. Ia hanya menjadi sebuah lilin yang hanya bisa berucap KEEP FIGHT NEVER GIVE UP tapi dirinya sendiri terbakar habis, hanya ucapan semu belaka.

Analogi empat lilinpun hanya sebuah angan-angan yang tak berujung, sekedar “mungkin” dan “jikalau” atau bahkan “seandainya” saja. Perjuangan ini hanya sekedar menjadi debu yang tak berguna menyesakan nafas. Tapi ku takkan pernah menyesali semua perjuanganku, karena inilah caraku untuk membuktikannya.

Ku tak pernah segila ini, untuk menjadi sosok yang memperjuangkan dan mempertahankan sebuah angan, tapi apa yang kuterima adalah termarjinalkan dalam kondisi tak utuh, sekiranya tak ada ruang untuk berangan, kenapa harus berkomitmen ???

Tak perlu beretorika tentang ajaran reinkarnasi atau de javu, tak usah pula berilmiah dengan mengungkapkan; “dunia ini memiliki gaya gravitasi, dan gaya gravitasi yang terbesar adalah antara manusia dengan manusia” kalau itu hanya sekedar memberi penyakit.

Mulailah berfikir tentang perjalanan yang kutempuh, itu adalah kesaksian bisu tapi bernyawa dari kebenaran realistis. Inilah caraku dengan bahasa tubuhku tapi kamu tak cukup cerdas untuk menyimpulkan sisi psikologis bahasa tubuh itu.

Tak layak berucap apabila bertolak belakang dengan bahasa tubuh yang ku saksikan, alasan filon berucap fokus dan sebagainya, sementara diriku sendiri menolaknya.

Sekiranya ucapan sekedar debu kenapa harus berucap ??? itu tak berguna sama sekali.