Menyendiri
dikamar, duduk bersandar dikursi untuk merasakan semua yang terjadi, ku
mencoba merecovery semua yang terekam dalam benakku ini, semua tergambar jelas
apa yang direkam oleh fikiranku ini.
Sejenak ku mengerutkan dahi
dan termenung sendiri, “apakah ini semua
karna cinta atau apakah ini kisah
yang salah ???”, ucapku dalam hati, “ya kondisi ini karena cinta, tapi cinta yang terlalu berlebihan atau
mungkin juga kisah yang salah”, jawabku dalam hati.
jadi yang terlihat bukanlah
cinta itu sendiri, kini yang nampak adalah posesive, cemburu buta yang tak
beralasan yang pada akhirnya sering membuat konflik, pada akhirnya kumerasa ini
adalah perjalanan atau kisah yang salah. hari
demi hari ku mencoba meyakinkan hatinya tapi tetap saja tak pernah teryakinkan
hatinya itu.
Difikirannya telah terpola
keraguan yang mendalam, entah apa yang membuat dia ragu. Sering ku bertanya; apakah yang membuat ia ragu, tapi ia pun
merasa kebingungan untuk menjawabnya. Disela-sela ia sadar dan nyawa
kebijaksanaan itu ada, ia selalu mengatakan dirikulah yang terbaik.
Jika aku menelisik kenyataan
yang ada pada diriku sendiri, tak pernah sedikitpun aku berbuat aniaya
dibelakangnya, tapi tetap saja ia menganggap aku selalu salah. Aku mencoba
menelisik lagi tentang kenyataan yang
ada pada diriku, memang betul bahwa aku lebih senang menghabiskan waktu
sendiri, membaca buku, menulis artikel dll, karena aku seorang yang introvert, tapi aku rasa kamu sudah tahu tentang karakterku ini.
Tapi apapun itu sering ku berusaha,
berusaha, berusaha lagi untuk memberi yang terbaik untuk dia miliki, tapi tetap
saja pola fikirnya tak pernah berubah.
Bertengkar, bertengkar, dan
bertengkar lagi, akupun merasa cape menjalani kisah ini. Pada dasarnya ku sering mengalah dengan cara
diam, bermaksud untuk meredam konflik. Tapi mulutnya itu berucap kata yang tak
menyenangkan, seolah-olah kakinya sedang menginjak kepalaku dan
menghinakanku, aku-pun merasa terhina, kemudian pondasi mengalahku runtuh,
akhirnya membuat sering bertengkar.
Aku merasa kesetianku ini tak
memberi arti yang positif untuknya, kesetianku ini sering ia ragukan. Jika kamu dapat mengerti perasaanku, mungkin
kamu takkan lukai persaanku karena sikapmu itu. ku telah berusaha meyakinkanmu
tapi tetap saja telunjukmu mengarah padaku bahwa
akulah salah itu, ya selalu salah itu.
Aku merasa percuma hidup
berlabel cinta tapi musuh didalam. Aku katakan; buat apa kita menjalani hari bersama, sementara ragumu, fitnahmu
merusak perasaanku. Sering aku bertanya; saat bahagia hadir, “akankah
ada akhir ? akankah untuk selamanya ? “. Sering kali bertanya; “adilkah hidup ini kala sedih melanda
meruntuhkan rasa dijiwa”, tak mudah untuk dihati tak mudah untuk dijalani
jika keraguan itu merusak perasaanku.
Aku teringat akan ucapan sahabat
Rosulullah Saw, “barang siapa yang
memiliki keyakinan, tapi dihatinya tersimpan setitik keraguan, niscaya ia
takkan mentaati apa yang ia yakini ”. keyakinanmu tidak lebih besar dari
keraguanmu, keraguanmu telah berubah menjadi keyakinan, artinya bahwa kamu
telah yakin dengan keraguaanmu itu. ketidak-percayaan dan fitnahmu membuatku
semakin terluka karena sering menimbulkan konflik, ya sering konflik.
Kondisi seperti ini, tentu
saja membuatku merasa lelah, aku lelah karna fitnahmu itu, fitnah yang sering kali
terlontar dari bibir dan lidah tak bertulangmu itu.
Akibat itulah akupun merasa
ragu padamu, pada akhirnya ku hanya ingin sendiri, sendiri jauh darimu, karena
kau selalu membuatku sakit dengan keraguan dan fitnahmu itu, aku sering
berusaha meyakinkanmu, tapi apalah dayaku, kau tetap saja yakin dengan
keraguanmu itu.
Disaat yang sama, aku-pun
hendak mengakhiri hubungan ini, tapi tetap saja kau memintaku untuk terus
bersama tak ingin pisah dariku, aku merasa bingung sekarang !!, Aku akhiri
hubungan ini sementara kamu menangis tak mau break denganku. Sementara jika aku masih mempertahankan hubungan
ini, aku akan terus terluka karena pola fikirmu yang tak bersih dan tak berubah
itu, karena ini bukanlah kali pertama, tapi ini sering, sering, dan sering
sekali seperti ini.
Akhirnya, aku akan lebih
memilih jalan yang terbaik dan terindah untuk diriku sendiri, ya hanya untuk
diriku sendiri, karna siapa lagi yang akan menjaga tubuhku, dan hatiku ini
selain diriku sendiri. Terserah dengan hatimu, terserah dengan cintamu yang
kotor itu. Ku hanya ingin memberi ruang terbaik dan terindah untuk diriku
sendiri supaya aku tidak sakit lagi, terus dan terus sakit lagi karena ulahmu,
ya karena perlakuanmu itu yang selalu menyalahkanku dan memberiku penyakit, ya menyalahkan semuanya, menyalahkan
segala-galanya..
ya aku selalu salah dimatamu….