Sedari awal kita telah
berbeda, tak ada salahnya kalau kita memang harus berpisah, karena sejujurnya
kita telah berada pada jalan yang tak searah lagi, ternyata kita telah berpijak
dan menuliskan perjalanan kita pada kisah yang salah.
Tak selayaknya kita terus
menenggelamkan jiwa dan raga ini pada kelukaan bathin, kelukaan diatas segala kelukaan
yang pada akhirnya akan mengoyak bathin tak tersisa, kalaupun itu tersisa,
sisanya hanyalah menjadi seonggok debu yang sewaktu-waktu akan hilang ditiup
angin.
Semua telah kita lewati
bersama untuk memperbaikinya, tapi tetap saja bathinku tersiksa, perlakuan itu terus
berulang-ulang tanpa ada sedikitpun perubahan yang berarti, semakin hari aroma
sarkatisme begitu kental melekat erat dalam dirinya yang tak pernah memberikan
sedikitpun kebijaksanaan dan tanpa
sedikitpun afresiasi, semakin hari selalu bertambah dengan sikap dehumanis, aku jenuuuh !!!
Jika memang sedari awal takkan
berubah jalan fikiranmu yang jelek itu, seharusnya kita tak perlu melangkah
lebih jauh, selayaknya kita berhenti tanpa meneruskan perjalanan lagi karna
sesungguhnya jalan ini adalah jalan yang akan menorehkan kisah yang salah, ya hanya
menorehkan luka. aku jenuh sekarang !!!
Cinta itu seharusnya menjadi
kebahagian dan bukan luka, buat apa kita menuliskan kisah luka yang berbalut
cinta, indah diluar tapi didalam rapuh, layaknya pilar kayu yang terlihat rapi
diluar tapi didalam rapuh digerogoti penyakit.
Kebahagian itu adalah
ketenangan dan rasa nyaman bathin. Apakah selama ini kita merasa tenang dan
nyaman menjalani semua ini??!!, ternyata ku tak menemukan ketenangan dan rasa
nyaman itu, sebagai manusia biasa tentu saja kesabaranku runtuh tak tersisa
dalam kondisi yang tak mungkin bisa membangun kembali, karena semua telah
menjadi puing yang takkan berguna lagi.
Tak perlu aku mengelaborasi
secara detail apa salahmu itu, karena ku yakin suatu saat nanti mata, fikiran,
dan perasaanmu akan terbuka lebar dan meratapi penyesalan yang mendalam karna
perbuatanmu untukku. Tapi disaat jalan fikiranmu terbuka dan menyadari segala
kesalahanmu, itu tak berarti lagi untukku, karena ku telah beranjak pergi
menjauh dari hadapanmu dan pergi menjauh dari hatimu.
Kau takkan bisa lagi meletakan
tanganmu diatas bahuku, dan hendak meminta maaf atas salahmu, permintaan maaf
yang sering kau ucapkan itu, sementara dihari yang lain kau mengulangi
perbuatan dan sikafmu yang tak istiqomah
itu.
Apalah dayaku kini, semua energy
telah ku habiskan untuk memberimu yang terbaik dan terindah, tak pernah
sedikitpun ku berbuat aniaya dibelakangmu, tapi tetap saja kau selalu
menghakimiku dan menunjuk ke arahku bahwa akulah salah itu. seandainya kamu
sedikit saja berfikir dengan penuh kebijaksanaan dan perasaan, tentulah takkan
seperti ini jadinya
Akhirnya, ku hanya ingin
sendiri, menyendiri jauh darimu lebih tenang dan nyaman bagiku. Ku takkan
mendengar buayaan kata yang tak bijak itu, dan itu lebih baik bagiku. Menyendiri
jauh darimu merupakan sesuatu yang sangat berharga, setidaknya aku takkan
mendapat perlakuan buruk dan fitnah darimu lagi. Jangan pernah lagi menanyakan
tentangku, ya semua tentangku. Ku akan baik-baik saja tanpamu karna berada jauh
darimu sesungguhnya menjadi suatu ketenangan bagiku, biarkanlah ku pergi dari
hatimu karena ku tak ingin hidup dalam suasana kebathinan yang sakit, tak ada
siapapun yang mau menukarkan sebentuk hati yang sehat dengan sebentuk hati yang
sakit.
“SELAMAT TINGGAL, jaga dirimu
baik-baik, maaf ku tak bisa menjalani hari bersamamu lagi”.. itulah
ucapku terakhir untukmu..